0





Panas terik siang hari ini melengkapkan kesedihan, kekecewaan dan frustasi seorang Perempuan bertubuh tinggi, langsing itu. Dia adalah Siska. Gadis cantik pemilik senyum manis asal Tanah Merah, Merauke. Siska berdiri di atas tumpukan pasir, dekat pohon sambil memikirkan berbagai hal yang sudah terlewati di akhir pekan lalu.

Selama itu, kesabaran Siska sebagai seorang perempuan terkuras habis. Hingga sampai tidak bisa menahannya, ia pun menjatuhkan air mata tuk menghilangkan sedikit beban. Siska mengerti bahwa setelah menangis, seorang perempuan akan merasa jauh lebih baik dan akan menemukan sebuah solusi.

Dalam sebuah kamar kost berwarna biru, berukuran 4x4 meter, ber-AC dan bertempat di lantai tiga itu, ia menangis hingga terisak-isak, sambil membungkus mulut dengan bantal. Takut penghuni kamar kost sebelah mendengarnya.

Terlambat, tangisan Siska sudah didengar oleh perempuan asal bibir Pantai Biak, Papua, yang sering disapanya dengan nama Insos Iriani. Dia mengetok pintu dan menanyakan keadaan Siska. Apakah membutuhkan bantuannya atau tidak? Tapi Siska langsung mengatakan kalau ia dalam keadaan baik-baik saja. Gadis berambut keriting ombak itu pun meninggalkannya tanpa tauh bahwa sebenarnya pikiran dan hati Siska sedang berantakan.

Bagaimana tidak? Siska harus membayar biaya kuliah di hari selasa tapi belum bisa karena keluarganya sedang diberi cobaan, dengan terdakwanya Bapak Siska sebagai seorang tersangka pelaku korupsi dana pembangunan terminal bandara. Padahal itu adalah manipulasi kasus oleh atasannya yang adalah pemilik perusahaan pembangunan terminal tersebut.

Beban pikirannya bertambah ketika mengingat bahwa ia belum membayar uang kamar kostnya selama empat bulan terakhir ini.

“Haaaaa….”, desisnya pelan sambil mencari tempat di sekitar tuk memanjakan kakinya yang sedari tadi bergadang di atas tumpukan pasir.

Ia duduk membisu sekali lagi. Seketika itu, penglihatannya tertuju pada seekor Laba-laba yang sedang membuat sarang di sela-sela ranting pohon. Merasa terusik, Siska lalu merusak benang-benang yang telah dirangkainya. Namun si laba-laba itu mulai merangkainya kembali. Kedua dan ketiga kalinya juga seperti itu. Dengan linglai, ia merajut, merayap dan melompat hingga selesai sarangnya.

Tiba-tiba Siska memikirkan sesuatu dipikirannya. Lamunannya pun tersadar kembali seketika itu. Ia sadar bahwa Laba-laba itu sudah memberikan sebuah solusi atas masalahnya. Sebuah motivasi berupa pesan singkat dari proses pembuatan sarangnya itu. 

“Di saat penderitaan yang sa alami datang bertubi-tubi, seringkali sa merasa putus-asa dan ingin menyerah. Tapi laba-laba ini sama skali tra mudah putus-asa dan pantang tuk menyerah. De kembali merangkai sarangnya walaupun sudah sa rusak berulangkali”. Ucap Siska dalam hatinya. 

Sungguh, satu kebanggan buat dirinya sendiri karena telah disadarkan oleh si hewan kecil, Laba-laba, yang tak pernah kenal berapa kali ia harus merangkai sarangnya kembali. Tapi bagaimana agar ia bisa membuatnya jadi. 

Laba-laba ini rupanya telah mengajarkan bahwa walaupun gagal dan masalah datang berulang dalam kehidupan tapi sebanyak itulah kita harus dengan sabar mencoba dan menghadapinya.

@motebidau
Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

Posting Komentar

 
Top