Panas terik
siang hari ini melengkapkan kesedihan, kekecewaan dan frustasi seorang
Perempuan bertubuh tinggi, langsing itu. Dia adalah Siska. Gadis cantik pemilik
senyum manis asal Tanah Merah, Merauke. Siska berdiri di atas tumpukan pasir, dekat
pohon sambil memikirkan berbagai hal yang sudah terlewati di akhir pekan lalu.
Selama itu,
kesabaran Siska sebagai seorang perempuan terkuras habis. Hingga sampai tidak
bisa menahannya, ia pun menjatuhkan air mata tuk menghilangkan sedikit beban. Siska
mengerti bahwa setelah menangis, seorang perempuan akan merasa jauh lebih baik
dan akan menemukan sebuah solusi.
Dalam sebuah kamar kost berwarna biru, berukuran 4x4 meter, ber-AC dan bertempat di lantai tiga itu, ia menangis hingga terisak-isak, sambil membungkus mulut dengan bantal. Takut penghuni kamar kost sebelah mendengarnya.
Terlambat,
tangisan Siska sudah didengar oleh perempuan asal bibir Pantai Biak, Papua, yang
sering disapanya dengan nama Insos Iriani. Dia mengetok pintu dan menanyakan
keadaan Siska. Apakah membutuhkan bantuannya atau tidak? Tapi Siska langsung
mengatakan kalau ia dalam keadaan baik-baik saja. Gadis berambut keriting ombak
itu pun meninggalkannya tanpa tauh bahwa sebenarnya pikiran dan hati Siska sedang
berantakan.
Bagaimana
tidak? Siska harus membayar biaya kuliah di hari selasa tapi belum bisa karena
keluarganya sedang diberi cobaan, dengan terdakwanya Bapak Siska sebagai
seorang tersangka pelaku korupsi dana pembangunan terminal bandara. Padahal itu
adalah manipulasi kasus oleh atasannya yang adalah pemilik perusahaan
pembangunan terminal tersebut.
Beban
pikirannya bertambah ketika mengingat bahwa ia belum membayar uang kamar
kostnya selama empat bulan terakhir ini.
“Haaaaa….”,
desisnya pelan sambil mencari tempat di sekitar tuk memanjakan kakinya yang
sedari tadi bergadang di atas tumpukan pasir.
Ia duduk
membisu sekali lagi. Seketika itu, penglihatannya tertuju pada seekor Laba-laba
yang sedang membuat sarang di sela-sela ranting pohon. Merasa terusik, Siska
lalu merusak benang-benang yang telah dirangkainya. Namun si laba-laba itu
mulai merangkainya kembali. Kedua dan ketiga kalinya juga seperti itu. Dengan
linglai, ia merajut, merayap dan melompat hingga selesai sarangnya.
Tiba-tiba Siska
memikirkan sesuatu dipikirannya. Lamunannya pun tersadar kembali seketika itu.
Ia sadar bahwa Laba-laba itu sudah memberikan sebuah solusi atas masalahnya.
Sebuah motivasi berupa pesan singkat dari proses pembuatan sarangnya itu.
“Di saat
penderitaan yang sa alami datang bertubi-tubi, seringkali sa merasa putus-asa
dan ingin menyerah. Tapi laba-laba ini sama skali tra mudah putus-asa dan
pantang tuk menyerah. De kembali merangkai sarangnya walaupun sudah sa rusak
berulangkali”. Ucap Siska dalam hatinya.
Sungguh,
satu kebanggan buat dirinya sendiri karena telah disadarkan oleh si hewan kecil,
Laba-laba, yang tak pernah kenal berapa kali ia harus merangkai sarangnya
kembali. Tapi bagaimana agar ia bisa membuatnya jadi.
Laba-laba
ini rupanya telah mengajarkan bahwa walaupun gagal dan masalah datang berulang
dalam kehidupan tapi sebanyak itulah kita harus dengan sabar mencoba dan menghadapinya.
Posting Komentar